Thursday, 24 March 2022

MEMBUAT CERITA INSPIRATIF

Halo teman teman, hari ini aku bakal uploud cerita inspirtif yang aku bikin sendiri lohh. Saat menulis cerita ini aku terpikir bahwa semua di dunia ini adalah ciptaan Tuhan yang sangat indah. Selamat membacaa😄

CERITA YANG TIDAK AKAN BERAKHIR

Dibagian selatan belahan bumi terdapat sebuah kerajaan yang amat sangat gelap kehidupannya. Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang keras dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Raja tersebut tidak peduli dengan rakyatnya, sehingga lingkungan yang berada disekitar kerajaan tersebut sangat keras kehidupannya.
Dua orang saudara yang tidak memiliki wali itu sudah terbiasa akan kehidupan mereka. Mereka berdua saling melindungi dan menyayangi satu sama lain. Sang adik hanya bisa berdiam diri di rumah kecil yang hanya muat untuk ditinggali oleh dua orang dewasa, terbaring lemah dan tak berdaya. Sementara sang kakak sedang mempertaruhkan nyawa untuk menghidupi dirinya dan adik kecilnya itu. Semua pekerjaan dilakukan oleh sang kakak, dimulai dari berjualan di pasar, mencari makanan di hutan, serta memenuhi kebutuan hidup lainnya. Ia lakukan seorang diri, tak ada yang ingin membantu. Pantas saja tidak ada yang membantu mereka, karena lingkungan yang keras itu banyak ditinggali preman, sedangkan yang lain juga berjuang demi kehidupan masing-masing.
“Kakak aku haus...”, pinta sang adik. Segeralah sang kakak mengambilkan segelas air untuk adiknya itu. Karena sang adik sudah sangat haus, ia meneguk air pemberian kakaknya itu dengan sarkas. “Pelan-pelan saja kalau minum..”, tegur sang kakak dengan nada suara pelan. “Kakak akan pergi ke pasar untuk berjualan dulu ya.. kamu baik-baik ya di rumah dan jangan keluar!”, perintah sang kakak. Sang adik pun mengangguk pelan. Ia tahu kalau ia tidak ingin merepotkan kakaknya itu, ia merasa bersalah kepada sang kakak. Karena penyakitnya ia tak bisa membantu sang kakak mencari uang. Akan tetapi ia ingat pada perkataan kakaknya dulu, “Aaron.. jangan salahkan dirimu. Ini semua sudah takdir Tuhan. Bahkan hal kecil yang kita miliki ini adalah hadiah dari Tuhan, jangan berpikir masih kurang, semua sudah cukup untuk kita. Bersyukurlah kau masih diberi kesempatan menghirup udara segar. Lagi pula kakak tidak keberatan mencari uang sendirian, toh demi kehidupan kita”, tutur sang kakak. Aaron tersenyum kecil jika mengingat perkataan kakaknya itu. Dipandangi punggung kakaknya yang lambat laun menghilang, ia sangat khawatir pada kakaknya itu. Akhir-akhir ini kakaknya terlihat sedikit pucat.
Berjalan dengan membawa beberapa bongkahan kayu yang berat, sang kakak sudah terbiasa akan hal itu. Akan tetapi akhir-akhir ini ia merasa sangat tak nyaman. Ia pikir ia hanya sedikit kelelahan, akhirnya ia tetap melanjutkan perjalanannya menuju pasar. Dipandanginya pasar itu, sangat ramai padahal ini masih pagi. Ia hanya bisa berharap kayu yang ia jual bisa terjual habis hari ini. Sampai segerombol preman mendatanginya, “Hei mana uangmu!! Tak peduli kau masih kecil atau tidak. Cepat berikan uangmu!!”, perintah sorang preman. Sang kakak hanya bisa menuruti perkataan preman itu, atau kalau tidak ia akan kena hajar. Para preman itu kembali berkeliling untuk menagih yang lainnya. Terlihat sangat miris, ada banyak orang yang terkena banyak pukulan dan bahkan pingsan di tempat karena dihajar oleh para preman itu. Akan tetapi sang kakak sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu. Hari sudah mulai malam ia bergegas untuk segera pulang, ia khawatir jika adiknya mengalami sesuatu yang tidak di inginkan.
Disisi lain bumi, yaitu di bagian utara, suasana mulai tegang. Semua rakyat juga sangat kecewa akan kejadian kemarin. Seorang pria yang sedang menunggu keputusan hukum untuk menerima hukuman. “Mulai detik ini Pangeran Daniel diputuskan untuk diasingkan dari istna dan daerah ini”, final yang memberi keputusan. Semua orang langsung membicarakan pangeran yang dihukum itu. Kenapa pangeran itu melakukan kesalahan yang sangat fatal? Padahal ia sangat baik hati, jujur, dan bijaksana. Apalagi ia adalah seorang penerus untuk memimpin rakyatnya. Hanya Pangeran Daniel saja yang tahu apa alasan ia berbuat hal keji itu. Pangeran Daniel tidak menyesal atas perbuatannya itu, karena ia merasa bahwa tindaknnya itu benar. Dia tidak peduli apa yang orang-orang katakan, ada yang mengatainya dengan kata-kata kasar, melemparinya dengan barang-barang, ia tidak peduli itu. Semua orang tidak tahu apa yang dirasakan oleh dirinya, mereka tidak tahu fakta yang sebenarnya.
Daniel melihat sekitar, ia memutuskan pergi ke daerah yang jauh dari rumahnya itu. Perasaaan kecewa, sedih, kehilangan sekarang berada pada diri Daniel. Ia tak bisa menangis, entah kenapa ia sekarang butuh ketenangan. Sekarang ini ia berada dalam ketenangan, di tempat yang jarang di datangi orang. Walaupun ada orang, ia pun tak akan mengenalnya dan mungkin saja orang itu juga tidak mengenalnya. Ia menyusuri daerah asing itu, dipandangnya banyak pohon, tupai, dan bunga-bunga yang indah disana. Ia belum pernah kesini, ia sangat beruntung menemukan tempat seperti ini. Bagi Daniel ini adalah tempat paling sempurna untuk mengistirahatkan pikiran dan jiwanya saat ini. ‘Braakkkk!!!’, Daniel menabrak sesuatu, seorang anak kecil. Ah tidak bukan anak kecil, mungkin anak umur enam belas tahun??, pikir Daniel.
“Maaf saya menabrak anda, apakah anda terluka?”, tanya anak itu. “Ah aku baik-baik saja, tapi kamu kenapa pucat sekali?”, Daniel bertanya kembali. Daniel membantu anak itu berdiri, dilihatnya terdapat bekas luka di lutut anak itu. “Astaga kau berdarah!! Aku benar-benar minta maaf, di mana rumahmu? Aku akan bertanggung jawab, aku akan menghantarmu sampai rumah”, ucap Daniel. “Saya tidak apa-apa, ini hanya luka kecil jadi anda tidak perlu repot-repot. Saya akan pulang sendiri”, tolak anak itu. Daniel menyerngit heran, bagaimana bisa anak itu berkata ia baik-baik saja, padahal ia sedang terluka dan terlihat sangat pucat. “Tidak, aku akan mengantarmu sampai pulang. Sini aku gendong”, jawab Daniel. Anak itu menaiki punggung Daniel, untung saja anak itu mau. Jadi Daniel tidak merasa bersalah kepadanya. “Siapa namamu? Untuk apa anak sepertimu di dalam hutan? Bukankah kau harus pergi sekolah?, Oh iya di mana rumahmu?”, tanya Daniel bertubi-tubi. “Nama saya Dhante, saya disini sedang mencari kayu untuk berjualan besok, saya juga tidak bersekolah, dan rumahku ada di sebelah sungai itu”, jawab anak itu. Daniel semakin heran, ‘Kenapa seperti itu? Tidak bersekolah? Mencari kayu? Berjualan?’ Daniel sanagat pusing. Daripada ia menanyakan suatu hal lagi, ia harus segera mengantar anak itu.
Dibukalah pintu yang sudah tua itu, menampakan isi sebuah rumah yang layak di tinggali walaupun sangat kecil. Daniel semakin bingung, karena ia melihat seorang anak yang lebih kecil daripada Dhante. Dhante turun dan langsung melihat adiknya yang tertidur pulas di sebuah ranjang yang kecil. Kedua bibir Dhante tersenyum kecil melihat adiknya itu. “Saya sangat berterimakasih kepada anda telah mengantar saya pulang, dan saya juga minta maaf atas kejadian tadi”, ucap Dhante. Beribu pertanyaan di pikiran Daniel saat ini, ia ingin bertanya tapi ia takut kalau Dhante tersinggung. “Oh tidak apa-apa, itu bukan salahmu. Aku tadi tidak melihat jadi menabrakmu”, jawab Daniel. “aku akan mengobati lukamu”, lanjut Daniel. Dhante tak ingin berdebat sekarang, karena adiknya sedang tidur, ia takut adiknya akan terbangun nanti. Dhante pun mengiyakan perkataan Daniel. “Diluar saja”, Jawab Dhante.
Daniel mengobati Dhante dengan sangat hati-hati, Daniel tak ingin anak itu kesakitan lagi. “Aku memiliki beberapa pertanyaan, apa kau bersedia menjawabnya? Kalu kau tak ingin menjelaskannya juga tak apa-apa. Dan satu lagi jangan bicara formal kepadaku, panggil aku kak Daniel saja”, jelas Daniel. Dhante tahu pria di depannya ini memiliki banyak sekali hal yang ingin ditanyakan, Dhante memakluminya. “Baiklah aku akan menceritakannya kepadamu, aku hidup bersama adikku saja. Orang tuaku sudah tidak ada sejak adikku berusia enam tahun. Aku pergi mencari kayu setiap sore untuk berjualan pada pagi hari. Aku melakukan ini untuk kebutuhan sehari-hari.”, jelas Dhante kepada Daniel. Daniel terkejut atas pernyataan anak ini, Daniel juga berpikir kalau Dhante adalah seorang kakak yang baik bagi adiknya. Dhante merawat adiknya dengan penuh hati, menjaganya, dan menyayangi adiknya. Tak seperti dirinya yang kabur dari masalah dan tidak memikirkan adiknya. ‘Apakah Lianno, adik kecil nya itu baik-baik saja sekarang? Pasti Lianno sangat bingung kenapa aku berbuat seperti ini.’ Pikir Daniel. Daniel sangat menyayangi adiknya itu. Ia merasa sangat bersalah kepada sang adik, dan hanya ia satu-satunya yang dipunyai adiknya itu. Tapi sekarang ia meninggalkan Lianno di istana masa kecilnya itu.
Dhante menatap pria yang sedang menolongnya itu, ‘Dia tampan, juga terlihat seperti bangsawan, seperti orang penting. Tapi kenapa ia disini, dari mana ia berasal?’, pikir Dhante. Dhante hanya bisa terdiam saat ini. “Selesai”, ucap Daniel. Mereka berdua menatap langit, banyak sekali bintang yang menghiasi malam ini. “Aku juga punya adik”, ucap Daniel tiba-tiba. Dhante terkejut dan langsung menatap pria itu. “Tapi aku berbeda denganmu, kau bertanggung jawab sebagai seorang kakak. Tapi aku sama sekali tidak, aku meninggalkan adikku sendirian.”, ucap Daniel. “Siapa nama adikmu?”, tanya Dhante. “Zharlianno”, jawab Daniel. “Nama yang bagus, namamu juga bagus. Seperti bangsawan. Tapi kenapa kau meninggalkan adikmu?”, tanya Dhante. “Apa kau mau mendengarkan ceritaku?”, tanya Daniel. Dhante mengangguk. “Aku memang seorang bangsawan. Aku Pangeran Daniel dan adikku Pengeran Zharlianno. Ibuku adalah seorang Ratu di wilayah utara. Di kerajaan Ronland aku, adikku, ibu dan ayahku tinggah disana. Kami bahagia. Seorang ratu cantik bernama Ratu Ladyanna, seorang raja yang bijaksana bernama Raja Levanth. Sampai aku dinobatkan menjadi penerus ayah, ada sesuatu kejadian yang membuat kerajaan bersedih. Tentu aku juga sedih. Sang ratu meninggal, aku tak tahu kenapa beliau bisa meninggal. Aku mencari tahu sendiri alasan beliau meninggal, sampai aku tahu kebenaran yang sebernya bahwa ayahku sendiri seorang Raja Levanth lah yang membunuh ibuku. Aku tahu kalau selama ini ayahku hanya menginginkan kedudukan raja di Kerajaan Rondland. Ia menikahi ibuku untuk menadi raja, setelah ia berhasil ia membunuh ibuku. Aku sangat marah dan tak bisa berpikir jernih saat itu. Aku berpikir kalau seorang pembunuh harus di hukum mati juga. Aku membunuh Raja Levanth, ayahku sendiri. Aku sangat kecewa padanya, aku mengira ia adalah seorang pemimpin yang baik bagi keluarga dan rakyatnya. Tapi nyatanya ia hanyalah manusia yang serakah dan mementingkan dirinya sendiri. Oleh karena itu aku di hukum di asingkan dari istana, aku menerimanya. Aku benar-benar sangat kecewa. Para rakyat juga membenciku, semua orang membenciku. Dan akhirnya aku meninggalkan adikku sendirian. Ia pasti sangat kecewa padaku. Dan disinilah aku sekarang, bersamamu”, cerita Daniel panjang lebar.
Danthe tercengang mendengar cerita pria itu. Ia tak menyangka Daniel adalah seorang pangeran. Dan ia tak tahu harus bereaksi apa saat ini. Danthe tak tahu siapa yang salah dalam masalah ini. “Dari ceritaku tadi kau jangan mencontohnya itu tidak baik, ngomong-ngomong ini di mana ya??..”, tanya Daniel. “Ini adalah kerajaan bagian selatan yaitu Kerajaan Gizeweith”, jawab Danthe. Daniel terkejut dengan jawaban Danthe, ia ingat Kerajaan Gizeweith adalah kerajaan yang sangat mengerikan. Ia mendengar bahwa kerajaan ini memiliki pemimpin yang tak memiliki hati dan mementingkan dirinya sendiri. Tidak jauh sih dari ayahnya, pikir Daniel. Dan Daniel juga mendengar di kerajaan ini terdapat banyak sekali preman. “Pasti sulit kalian tinggal disini..”, ucap Daniel. Danthe tersenyum pahit sebagai balasan. “Baiklah kalau begitu, aku akan merawat kalian. Aku akan jadi wali kalian, anggap aku sebagai kakakmu sendiri”, ucap Daniel.
Matahari mulai muncul dari sebelah timur menandakan pagi akan tiba. Daniel terbangun dan melihat kedua adiknya, sekarang ini ia tersenyum. Semalam adalah malam yang cukup sulit baginya, sekarang saatnya Daniel memulai kehidupannya yang baru bersama adik-adiknya ini. Daniel juga cemas akan Lianno, adik kandungnya. Ia berjalan kearah Dhante yang sedang tidur. ‘Apa ini!! Dia sangat tampan, bahkan ia lebih tampan dariku’ pikir Daniel. Daniel memegang tangan sang adik, ia terkejut suhu badannya sangat tinggi. Apa Danthe demam?’ Ia sangat khawatir. Tiba-tiba Danthe terbangun dan itu sangat mengejutkan Daniel. “Kau demam, kau tak boleh ke pasar hari ini. Beristirahatlah di rumah sampai kau sembuh!!”, perintah Daniel. “Untuk makan hari ini biar aku saja yang mencarinya, aku akan berburu hewan hari ini. Jadi kau tenang saja”, ucap Daniel. Danthe adalah anak yang penurut, ia pun menuruti kata pria yang ia anggap kakaknya sekarang itu. ‘Jadi ini rasanya punya kakak?’ pikir Danthe. Danthe juga berpikir pria di depannya ini adalah orang yang sangat baik dan perhatian terhadap adiknya, hanya saja karena keadaan ia melakukan tindakan yang tidak diperbolehkan.
Disisi lain seorang anak kecil yang sedang setengah sadar duduk di ranjangnya. Melihat ada orang asing berada dirumahnya ia terkejut, ia bertanya dimana kakaknya berada. “Siapa kau?”, tanya anak kecil itu. Yang ditanya pun menoleh “Ah kau sudah bangun, perkenalkan namaku Daniel. Kau pasti bingung sekarang ini, tapi aku akan menceritakannya nanti. Aku akan pergi keluar dulu untuk mencari makanan. Apakah kau bisa menjaga kakakmu selagi aku pergi?”, ucap pria itu. “Baiklah”, jawab anak itu. Sebenarnya anak itu heran ada apa dengan kakaknya? Apa kakak nya sakit?, ia simpan pertanyaannya itu di pikirannya sendiri sambil menatap sang kakak yang sedang tertidur. Daniel mengambil peralatan berburunya, ia telusuri hutan yang dirasa sangat cantik saat pagi hari dan sangat menyeramkan saat malam hari. Di temukanlah seekeor ayam dan Daniel langsung memburunya, ia pikir satu ayam akan cukup untuk dimakan 3 orang untuk pagi dan siang hari nanti. Ia juga menemukan buah-buah, segera ia mengambilnya. Tidak lupa juga ia memasak air untuk di minum. Daniel menunggu masakannya matang, ia menghampiri anak kecil yang ia ajak bercakap-cakap pagi tadi. “Siapa namamu? Dan berapa umurmu?”, Daniel memulai percakapan. “Namaku Aaron dan umurku sepuluh tahun”, jawab anak kecil itu. Daniel tersenyum mendengar jawaban Aaron. “Nama yang bagus”, seru Daniel. Di tataplah wajah Aaron, Daniel tahu anak kecil di hadapannya ini memiliki beribu pertanyaan di kepalanya.
Daniel menceritakan semua kejadian kemarin kepada Aaron, di luar dugaan Aaron terlihat sangat senang akan kehadirannya. “Jadi aku boleh memanggilmu kakak juga? Jadi sekarang kak Dhante punya teman untuk membantunya bekerja!”, seru Aaron. Daniel mengangguk, ia senang akan ekspresi wajah Aaron sekrang, Daniel berpikir Aaron adalah anak yang sangat ceria aslinya. Ia jadi teringat pada adiknya, Zharlianno. Sedang apa adiknya itu sekarang? Apakah ia sedih kehilangan semua keluarganya? Atau bahkan ia kecewa pada sang kakak? Daniel tidak tahu tentang itu, saat ia pergi ia bahkan tak sempat untuk berpamitan kepadanya. Tanpa Daniel sadari masakannya sudah jadi, ia langsung pergi melihat dan mengambilkan makanan untuk adik-adik itu. “Aku akan makan sendiri”, ucap Aaron. Daniel hanya mengangguk, segeralah ia memberikan seporsi makanan untuk Aaron. Daniel juga membangunkan Dhante dengan suara lembut. “Dhante ayo bangun, makanlah terlebih dahulu”, ucap Daniel. Dhante bangun dan segera memakan masakan kakaknya itu.
Mereka bertiga terlihat seperti saudara pada umumnya, sungguh pemandangan yang bisa menyejukkan hati. Hari ini pun terlewati dengan kehidupan yang sangat sederhana. Matahari tak kunjung terbit dari belahan bumi itu, akan tetapi dua kakak laki-laki itu terlihat sedang mencari kayu dihutan. Untuk di jual di pasar tentunya. Ini hari pertama bagi Daniel untuk berjualan di pasar, sebelumnya ia tak pernah berjualan di pasar, ia hanya berharap hari ini juga akan terlewati dengan hal yang indah. Sudah dikira cukup untuk di jual, mereka segera pergi ke pasar. Dhante lupa memberi tahu Daniel bahwa di pasar memang sangat menakutkan. “Berikan uangmu!!”, perintah seorang preman. Saat Dhante hendak menyerahkan uangnya, Daniel mencegahnya. Sebagai seorang kakak yang paling tua, ia akan menjaga adik-adiknya. Preman itu langsung mendaratkan pukulan pada tubuh Daniel, akan tetapi dengan sigap Daniel menahan tangnannya. Preman itu terkejut, begitu pula Dhante. Pagi kali ini diawali sebuah pertengkaran antara seorang kakak dengan seorang preman. Saat selama di istana, Daniel menyempatkan diri untuk berlatih membela diri dari serangan musuh. Tentu saja ia sangat hebat dalam bertarung. Perkelahian ini di menangkan oleh sang kakak. “Jangan pernah menganggu adikku lagi, ingat itu!!”, bentak Daniel. Preman itu ketakutan dan pergi dari tempat itu. Dhante terkejut, ‘Daniel sangat hebat dalam berarung’, pikirnya. Iya tidak heran juga kalau kakaknya ini bisa bertarung. Semakin waktu berjalan Dhante berpikir bahwa Daniel sangat berbeda dengan ayahnya, Raja Levanth.
Waktu terus berjalan, akan tetapi keadaan Aaron semakin parah. Kedua kakaknya sangat bingung, bagaimana caranya agar adik kecilnya itu sembuh. Andaikan saja Daniel masih berada di istina, ia pasti langsung membawa Aaron ke doker kerajaan dan membiarkan Dhante bersekolah. Akan tetapi takdir berada di jalan yang lain. Mereka hanya bisa pasrah saat ini, sejujurnya Daniel tidak sanggup melihat kedua adiknya ini terus kesakitan. Mereka masih memiliki hak untuk menikmati hidup yang indah, tapi kenapa mereka malah memiliki hidup yang buruk. Dhante frustasi sekarang, ia tak ahu harus bagaimana. Dhante menangis dihadapan adik kecilnya saat ini, akan tetapi sang adik terus mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Dhante semakin tidak kuat melihat adiknya saat ini. Sementara Daniel hanya bisa menenangkan Dhante, bahkan itu pun tidak berguna saat ini.
Diiringi matahari yang bersinar redup di sebelah barat, berdirilah dua orang kakak beradik yang sedang menatap sesuatu. Sang adik tak berhenti menitikan air matanya, sedangkan sang kakak mencoba menenangkan sang adik walaupun beberapa bulir bening membasahi pipinya. “Biarkan Aaron pergi dengan tenang, jika kau begini terus ia akan sedih melihatmu seperti ini”, ucap Daniel. Dhante benar-benar hancur saat ini, semua keluarganya meninggalkan dia. Daniel merasa tak memiliki alasan hidup lagi.
Di kerajaan Rondland terlihat seorang raja yang sangat senang akan kepergian kakaknya. Zharlianno sama sekali tidak merindukan kakaknya, ia senang kali ini ia berhasil menjadi seorang raja di kerajaan utara. Dia sangat membenci sang kakak dan ibunya. “Apa kau tahu, ibumu sangat membencimu karena itu ia selalu terlihat pilih kasih kepadamu dan kakakmu. Ia menyayangi kakakmu sedangkan ia tidak menyayangimu. Selama ini ia hanya berpura-pura baik kepadamu”, Zharliano masih ingat perkataan ayahnya dulu. Perkataan itu membuat Zharlianno membenci ibunya dan kakaknya. Saat ibunya di bunuh ia sangat senang dan tak peduli. Ia hanya berpura-pura terlihat sedih. Diliuar dugaan, kakaknya membunuh sang ayah. Dengan tindakan kakaknya, kakaknya diusir dari istana. Saat itu pun Zharlianno merasan sangat-sangat senang. ‘Akhirnya ia tak memiliki saingan untuk menjadi raja’.



SCRATCH TABUNG

Halo teman teman hari ini saya akan menguploud cara membuat rumus tabung pada scratch

Sekian tetimakasih

SCRATCH POLA

Halo teman teman hari ini saya akan menguploud cara membuat rumus pola pada scratch
Sekian, terimakasih.

MEMBAGIKAN DATA DAN INFORMASI

Halo teman-teman kali ini aku akan menjelaskan tentang beberapa tugas sistem komputer.

Untuk memudahkan penjelasan, kali ini aku akan membagikan sebuah ppt.

Berikut linknya: Membagikan Data dan Informasi ppt

Sekian untuk hari ini, terimakasih.

SCRATCH FUNGSI KUADRAT

Halo teman teman hari ini saya akan menguploud cara membuat rumus fungsi kuadrat pada scratch


Sekian untuk hari ini, terimakasih :)

SISTEM KOMPUTER

Halo teman-teman kali ini aku akan menjelaskan tentang beberapa tugas sistem komputer.

Untuk memudahkan penjelasan, kali ini aku akan membagikan sebuah ppt.

Berikut linknya : Sistem Komputer PPT

Sekian untuk hari ini, terimakasih :)